Tuesday, April 28, 2020

Slangit Desa Penari

Slangit
Desa Penari


Hallo sobat Bloger, setelah sekian lama akhirnya keinginan saya buat sharing tentang pengalaman traveling saya di blog ini muncul lagi, nah langsung aja, saya ingin bahas perjalanan saya ke kota yang tidak jauh dari Jakarta namun tetap punya tempat menarik dan biasanya saya membagikan tentang lokasi2x yang jarang ditemui orang dan susah ditempuh sebelumnya, saat ini saya akan sharing tentang lokasi dekat dengan keramaian dan kenyamanan namun banyak pengalaman diperoleh, maka dari itu Kota Cirebon lah yang menjadi tujuan saya saat itu.

Ok, langsung saja, perjalanan saya ke Kota Cirebon bukannya mencari udangnya atau kerupuk miskin/melarat, namun menjelajahi seni kerajinan dan budaya yang ada di kota itu.

Tujuan saya ke Kota Udang tersebut diawali dengan berkunjung ke sebuah desa yang bernama Desa Slangit yang berjarak sekitar 20-25 km dari kota Cirebon, jika dari Bandung atau Jakarta keluar di pintu tol Palimanan 2 KM 188,yah klo ga mau ribet pakai Google Map aja.

Desa Slangit, selain desa yang asri, rata-rata penduduk Desa ini adalah Petani, sejarah desa Slangit yang berawal dari Cerita Ki Kuwu Cirebon yang menjadikan hutan rimba menjadi pemukiman yang tenang dan nyaman, singkat cerita Nama Slangit berasal dari Pohon yang berasal dari kayu yang ditancapkan ki Kuwu di tempat tinggalnya hingga kayu tersebut tumbuh menjadi sebuah pohon yang diberi nama Slangit, karena itulah Desa ini disebut Desa Slangit, ajaibnya, pohon itu hingga sekarang masih berdiri kokoh tepat disekitar Makam Ki Kuwu dan banyak dikunjungi orang.




Pohon Slangit, saksi sejarah Desa Slangit



Sesampainya di Desa Slangit kami disambut oleh Mas Wasnadi, beliau akrab dengan nama Wasnadi Slangit yang dikenal sebagai pembuat topeng untuk pertunjukan tari, yap, tujuan saya ke Desa Slangit adalah ingin mengabadikan kerajinan topeng dan Tariannya bukan menguak misteri desa penari yang lagi viral itu.  






Mas Wasnadi slangit sedang memberi warna ke topeng-topeng yang dia buat



Mas Wasnadi Slangit, bisa dibilang itulah nama bekennya, dia adalah salah satu pencinta dan penggiat budaya sunda di Tanah Sunda, Kota Cirebon dan sekitar khususnya. Salutnya saya adalah usia dia yang terbilang masih muda, millenial lah klo kata orang jaman now, dengan cintanya terhadap budaya , beliau berhasil menggandeng para milenial lainnya untuk bergabung dengannya, ya, saat disana mulai dari pembuat gambar hingga penari adalah anak muda yang seharusnya menghabiskan waktunya kongkow2x di Mall atau Cafe2x, dari dia pula saya mengetahui seluk beluk dari Budaya dan Tari Cirebon, bukan hanya tariannya, namun bisa mengetahui makna dari budaya yang disajikan, apalagi ditambah dengan melihat langsung bagaimana proses pembuatan hingga Tari Topeng tersebut.




Dari sekian banyak millenial yang ada di galeri Mas Wasnadi waktu itu saya sempat berkenalan dengan beberapa milenial dari Desa Slangit, selain penari, mereka juga ada yang membantu Mas Wasnadi dalam membuat topeng hingga yang ingin menyalurkan bakatnya dalam melukis dan lain lain, dan pastinya ada juga yang membantu Mas Wasnadi, salah satunya  jamangan sobra/tekes dimana itu tidak hanya pelengkap melainkan bagian penting dari tari topeng cirebon.

Bagas, beliau ikut galeri ini dari SMP hingga sekarang kuliah

Ade Irfan penari topeng penerus gaya topeng Palimanan

Teteh Tia



galeri was juga menampung para seniman
yang ingin menyalurkan bakatnya 


Oke, mungkin disini saya bisa kasih sedikit informasi tentang Tari Topeng Cirebon ini, kenapa sedikit? biar teman2x pembaca penasaran dan memutuskan untuk berangkat ke Desa Slangit menemui Mas Wasnadi, nanti saya share no. HP nya di bawah.























Kita awali dulu dari sejarah Tari Cirebon itu sendiri, dari beberapa sumber online, dalam sejarahnya jauh sebelum adanya tari topeng cirebon, tarian sudah tumbuh berkembang sebelumnya di negeri ini, pada masa kerajaan Jenggala yang berkuasa di bawah Prabu Amiluhur/Panji Dewa tarian ini masuk ke Cirebon yang lama kelamaan berpadu dengan kebudayaan setempat hingga lahirlah Tari Topeng Cirebon.







Saat itu juga Mas Wasnadi sempat menceritakan, Tari ini mulai dikenal khalayak ramai  setelah tersebarnya Agama Islam di Jawa, terutama dengan Wali Songo nya, adalah Syarif Hidayatullah atau yang populer dengan Sunan Gunung Jati yang menjadi tokoh sentral dari Tarian ini yang mengembangkan Islam dengan seni, kaya Bang Rhoma dan KH Zainudin MZ lah gitu (tua banget gw ya?) hahaha.






Dalam perjalanannya Sunan Gunung Jati berkerjasama dengan Sunan Kalijaga, keduanya berusaha menggunakan kesenian sebagai alat untuk menyebarkan Islam, Tari Topeng salah satu medianya selain Wayang Kulit dan musik.

Setelah sedikit mengenal sejarahnya, kemudian kita lebih mendalami Topeng Cirebon itu sendiri, yang merupakan salah satu kesenian yang sangat populer di Indonesia, topeng ini sebagai penunjang utama dari pertunjukan tari Topeng Cirebon, ya, tanpa topeng2x tersebut tariannya akan berubah nama dan kehilangan khas dan daya tariknya.








seperti yang kita ketahui, bahan utama dari topeng cirebon  adalah kayu, di masa lalu jenis yang sering dipakai adalah kayu waru, kayu jaran, kayu lame dan kayu mangga, saat ini yang umum dipakai adalah kayu jaran karena katanya lebih mudah dipotong/pahat











Sebagai sebuah karya seni, topeng dibuat bukan hanya untuk penutup wajah, ada filosofi dibaliknya, Secara umum ada 5 karakter dasar topeng Cirebon yang melambangkan watak manusia,  antara lain:



1. Tari Topeng Panji
Tari topeng yang satu ini menggambarkan kesucian bayi yang baru lahir. Motif topengnya polos dan berwarna putih bersih, hanya terdiri dari mata, hidung, dan mulut tanpa guratan apa pun. Sama seperti warna topengnya, kostum penari dan atribut lainnya juga bernuansa serba putih. Gerakan Tari Topeng Panji sangat sederhana, hanya berupa adeg-adeg (berdiri kokoh agar tak tergoyahkan) yang diiringi musik penuh dinamika.

Meskipun gerakannya monoton dan pelan, makna yang terkandung ternyata sangat dalam. Makna gerakan tersebut menggambarkan manusia suci yang tidak mudah terpengaruh hiruk-pikuk dunia yang menyebabkan perilaku negatif. Tari Topeng Panji biasanya dipentaskan dengan iringan lagu Kembang Sungsang.

2. Tari Topeng Samba
Fase perkembangan biologis manusia memasuki masa kanak-kanak digambarkan melalui pertunjukan Tari Topeng Samba. Hal ini ditunjukkan oleh karakteristik topeng bernuansa putih dan merah jambu yang dilengkapi hiasan di bagian atas yang menyerupai rambut serta kostum tari berwarna hijau daun. Gerakan dalam tari topeng ini terkesan lucu, centil, kekanak-kanakan dan menggambarkan keceriaan khas anak-anak. Lagu yang sering digunakan untuk mengiringi Tari Topeng Samba adalah Kembang Kapas.

3. Tari Topeng Rumyang
Topeng Rumyang menginterpretasikan fase remaja dalam kehidupan manusia. Warna dasar topengnya adalah merah muda. Gerakan-gerakan dalam Tari Topeng Rumyang terkesan tegas. Namun, sisi labilnya ditunjukkan dalam bentuk pengulangan beberapa gerakan. Rumyang adalah judul lagu yang digunakan untuk mengiringi tari topeng yang satu ini.

4. Tari Topeng Tumenggung
Di antara lima babak Tari Topeng Cirebon, hanya Tari Topeng Tumenggung yang menggunakan properti berupa topi. Dalam hierarki kerajaan, Tumenggung atau patih atau panglima perang. Tumenggung merupakan gambaran manusia yang sudah menemukan jati diri, bersikap dewasa, dan mapan. Irama geraknya juga terkesan tenang dan mantap. Bentuk Topeng Tumenggung dilengkapi kumis dan guratan-guratan wajah yang terkesan bijaksana.

Sementara itu, kostum penari berwarna hitam karena warna tersebut dianggap sesuai jika dipadukan dengan warna apa pun. Persis seperti makna sikap dewasa yang membuat manusia mampu beradaptasi dalam situasi apa pun. Pementasan Tari Topeng Tumenggung biasanya dilengkapi iringan lagu bertajuk Tumenggung.

5. Tari Topeng Kelana
Tari Topeng Kelana mendeskripsikan fase terakhir kehidupan manusia. Topeng Kelana didominasi warna merah dengan kumis tebal serta tatapan mata yang tajam. Sebagian orang mengartikan makna topeng ini sebagai simbol angkara murka dan kerakusan manusia. Namun, ada pula yang menginterpretasikan arti yang berbeda sebagai bentuk aktualisasi diri yang sempurna. Gerakan-gerakan tari topeng ini ekspresif dan menunjukkan karakter manusia yang mampu mengendalikan amarah. Pementasan Tari Topeng Kelana disempurnakan dengan iringan lagu berjudul Gonjing.




 















Selanjutnya masuk ke tahap Sobra atau Tekes, untuk tahap ini sesuai yang sempat saya bahas di atas bukan hanya sebagai pelengkap saja, melainkan bagian penting dari keindahan tari Topeng tersaebut yang dibagi dalam 4 kegiatan yaitu  pembuatan tempurung, Sobra/Tekes,  proses jejep tempurung dan suren, proses natah atau mahat kulit kebo untuk asesoris sobra, pasang payet sama bikin rawis. 



Ini beberapa proses pembuatan Sobra atau Tekes,
semua dikerjakan oleh pemuda desa Slangit  

Oiya, tepat tanggal 29 april 2020 ini  Was Gallery dan sanggarnya yang bernama Panglipur Wenang yang mereka bina merayakan ulang tahun yang ke 5, besar harapan saya sebagai penulis dan fotografer mas wasnadi dan tim mampu membawa kebudayaan negeri ini yang berawal dari desa kecil yang bernama slangit menuju pentas dunia dalam memperkenalkan budaya indonesia.

Ok, cukup sampai di sini dulu sharing pengalaman saya di desa slangit, masih banyak lagi yang bisa diceritakan namun keterbatasan waktu belum bisa saya sampaikan lengkap, nah cerita lengkapnya saya sarankan kamu2x bisa datang langsung ke Desa Slangit, bisa menghubungi Mas Wasnadinya langsung, No. HP atau Instagramnya saya share dibawah.


Note:
  • Seperti yang sudah saya bahas diatas, Desa Slangit berada di Jawa Barat berjarak sekitar 20-25 km dari kota Cirebon, jika dari Bandung atau Jakarta keluar di pintu tol Palimanan 2 KM 188.
  • Jika ingin berkeliling desa ini menurut cukup sehari saja, namun jika kamu-kamu penasaran ingin merasakan suasana Desa Slangit, saya menyarankan untuk menginap, nah untuk penginapan mungkin bisa bertanya-tanya ke Mas Wasnadi
  • Instagram Mas Wasnadi adalah @wasnadi_slangit atau bisa melalui WA 087729449076